Senin, 04 Januari 2010

Mutu dan Moralitas Pendidikan di Indonesia

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Mutu pendidikan di Indonesia sekarang ini tidak mengalami peningkatan secara signifikan. Moralitas para pendidik dan peserta didik juga masih jauh dari kata baik. Padahal pendidikan dan moral yang baik diperlukan untuk meningkatkan sumber daya manusia. Perlu adanya upaya khusus untuk meningkatkan mutu pendidikan dan mengembalikan moralitas para pendidik dan peserta didik di Indonesia.
Sumber daya manusia yang baik akan tercipta apabila pendidikan di Indonesia mempunyai mutu yang baik dan bermoral. Perlu adanya kesadaran masing-masing individu bahwa pendidikan dan moral yang baik merupakan aspek penting dalam membangun suatu bangsa.
Rendahnya mutu pendidikan di Indonesia bukanlah kesalahan dari pemerintah saja, namun kita sebagai masyarakat Indonesia harus serta mempunyai keinginan yang tulus untuk memajukan dan meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Karena itulah penulis tertarik untuk membahas hal tersebut pada pembahasan makalah ini. Tentunya penulis berharap makalah ini dapat membuat kita sebagai generasi muda lebih peduli terhadap keadaan pendidikan di Indonesia.



1.2 Rumusan Masalah
1.2.1 Bagaimanakah mutu pendidikan di Indonesia saat ini?
1.2.2 Apakah moralitas para pendidik dan peserta didik di Indonesia saat ini sudah baik?
1.2.3 Kapan mutu dan moralitas pendidikan di Indonesia bisa menjadi baik?
1.2.4 Mengapa mutu dan moralitas pendidikan di Indonesia kurang baik?
1.2.5_Siapakah yang bertanggung jawab terhadap kondisi pendidikan di .Indonesia saat ini?

1.3 Tujuan Penulisan
1.3.1_Untuk mengetahui mutu pendidikan di Indonesia saat ini
1.3.2_Untuk mengetahui moralitas para pendidik dan peserta didik di .Indonesia saat ini
1.3.3_Untuk mengetahui penyebab kurang baiknya mutu dan moralitas .pendidikan di Indonesia saat ini
1.3.4..Untuk mengetahui cara meningkatkan mutu pendidikan dan .mengembalikan moralitas para pelaku pendidikan di Indonesia saat ini
1.3.5 Untuk memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia Keilmuan yang diasuh oleh bapak Didin Widyartono





BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Mutu Pendidikan di Indonesia
Mutu pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan. Itu tercermin pada baik buruknya mutu pendidikan di Indonesia yang dapat kita lihat dari hasil lulusan pada setiap tahunnya. Banyak lulusan sarjana yang bekerja tidak sesuai dengan program studi yang diambil. Selain itu masih tingginya angka pengangguran juga menjadi cerminan betapa mutu pendidikan di Indonesia saat ini belum sesuai dengan yang diharapkan. Banyaknya anak yang putus sekolah juga merupakan cerminan kurangnya kepedulian pemerintah dan masyarakat terhadap dunia pendidikan di Indonesia.
Adanya bantuan seperti BOS (Bantuan Operasional Sekolah) tidak bisa membantu para siswa yang kurang mampu dengan optimal. Beberapa waktu lalu santer pemberitaan di televisi tentang banyaknya wali murid yang mengeluh karena pihak sekolah masih mengadakan pungutan-pungutan untuk membayar buku dan sebagainya, bahkan terdapat beberapa sekolah yang masih mengadakan pungutan liar. Kondisi ini tentunya sangat memberatkan pihak wali murid dan semakin menambah jumlah anak yang putus sekolah.
Selain itu pemerintah selama ini lebih banyak mengutamakan hasil belajar daripada proses belajar itu sendiri. Padahal yang lebih penting bukanlah nilai A, B, atau C melainkan hasil yang di dapat oleh peserta didik itu sendiri. . Idealnya, mutu pendidikan yang baik akan menghasilkan input yang baik pula.

Kebijakan pemerintah mencanangkan wajib belajar 9 tahun merupakan langkah yang baik untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia. Akan tetapi itu tidaklah cukup. Apabila dibandingkan dengan negara-negara lain, Indonesia masih tertinggal sangat jauh.
Di Sumatera Barat, program pendidikan 12 tahun sudah diterapkan di Kota Padang Panjang, Kota Pariaman, dan Kabupaten Pessel. Upaya yang dilakukan oleh Gamawan Fauzi, Gubernur Sumatera Barat ini sangat patut kita acungi jempol. Masyarakat di Indonesia secara umum menghabiskan waktu untuk menuntut ilmu sekitar 7 tahun, sedangkan di luar negeri mencapai 18,5 tahun (Gamawan Fauzi dalam SAMAN UI: 2009).
Sudah saatnya pemerintah daerah yang lain meniru apa yang dilakukan oleh pemerintah Sumatera Barat agar peningkatan dan pemerataan mutu pendidikan dapat tercapai.

2.1 Moralitas Pendidikan di Indonesia
Pendidikan yang bermoral (Mukminin,2003) adalah pendidikan yang dalam prosesnya mampu menjadikan peserta didik menjadi seorang peserta didik yang bermoral dari SD sampai Perguruan Tinggi. Pendidikan yang bermoral akan menjadikan peserta didik mempunyai akhlak yang mulia.
Dalam dunia pendidikan di Indonesia sekarang ini, banyak kita jumpai para peserta didik melakukan tindakan kriminal dan perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai dengan norma-norma yang ada seperti melakukan seks bebas, minum-minuman keras, dan lain sebagainya yang tidak selaras dengan norma-norma sosial dan keagamaan. Untuk itulah diperlukannya pendidikan yang bermoral. Husamah menyebutkan (Husamah, 2006) pendidikan merupakan sebuah proses pembentukan moral dan menjadikan manusia maju serta mempunyai rasa kemanusiaan.
Menurut Mukminin (Mukminin, 2003) pendidikan di Indonesia telah mengenyampingkan banyak hal terutama moralitas. Pendidikan di Indonesia seharusnya mampu menjadikan peserta didik yang bermoral, mandiri, matang, dewasa, jujur, berakhlak mulia, berbudi pekerti luhur, berperilaku santun, tahu malu, tidak arogan, dan lebih mengutamakan kepentingan bangsa dari pada kepentingan pribadi atau kelompoknya. Akan tetapi seperti yang bisa kita lihat di lapangan banyak para pejabat pemerintahan yang melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme. Padahal mereka mempunyai latar belakang pendidikan yang tidak saja tinggi melainkan juga lulusan luar negeri.
Agar pendidikan di Indonesia dapat diperbaiki, menurut Mukminin (Mukminin, 2003) proses transformasi ilmu pengetahuan harus dilakukan oleh orang-orang yang bermoral juga. Karena apa yang telah dilakukan oleh generasi muda sekarang adalah mencontoh dari apa yang dilakukan para guru, pejabat, dan terutama orang tua.
Bagaimana para peserta didik bisa menjadi manusia yang bermoral kalau masih banyak guru yang menerima uang dari para wali murid untuk memasukkan anaknya ke sekolah-sekolah favorit, kelas akselerasi, maupun untuk mengganti nilai dari yang jelek menjadi bagus? Kalau para pejabat pemerintahan masih sibuk korupsi dan saling menjatuhkan satu sama lain dan orang tua murid masih melakukan tindakan curang dalam dunia pendidikan, itu semua tidak akan menjadikan para peserta didik semakin bermoral akan tetapi menjadi semakin tidak bermoral karena yang menjadi panutan adalah orang-orang yang tidak bermoral. Selain itu menurut Mukminin (Mukminin, 2003), sebaiknya sekolah-sekolah unggulan, kelas-kelas unggulan, dan kelas-kelas akselerasi ditiadakan saja karena hanya akan meningkatkan perbedaan yang ada.
Akan tetapi menurut Husamah (Husamah, 2006) kesalahan tidak boleh diberikan kepada para pendidik saja karena waktu di sekolah lebih sedikit daripada waktu di rumah. Orang tua lebih menentukan moralitas peserta didik karena lebih banyak waktu peserta didik yang di habiskan di dalam rumah. Selain itu Husamah juga menambahkan bahwa televisi merupakan salah satu faktor utama yang menyebabkan rendahnya moralitas para peserta didik sekarang ini. Banyak acara-acara televisi yang hanya mengumbar nafsu dan demi kepentingan bisnis saja seperti acara “Take Me Out” dan “Take Him Out” yang ditayangkan di indosiar. Acara-acara di televisi tidak memberikan pendidikan yang baik bagi peserta didik sekarang ini.
Penulis sependapat dengan apa yang dikemukakan Husamah, bahwa 70% waktu yang dihabiskan oleh peserta didik adalah di dalam rumah atau di lingkungan sekitar. Jadi, orang tua dan lingkungan sekitar sangat mempengaruhi pembentukan moralitas peserta didik. Selain itu, teman bermain juga menjadi faktor yang sangat mempengaruhi moralitas peserta didik karena banyak sekali para remaja yang meniru apa yang dilakukan oleh temannya. Televisi juga merupakan sarana yang mempengaruhi moralitas para peserta didik. Bagaimana peserta didik bisa menjadi seorang manusia yang bermoral jika yang ditonton setiap hari hanyalah acara-acara dan sinetron yang mengumbar nafsu belaka? Hanya sedikit sekali acara-acara yang bermanfaat di dunia pertelevisian saat ini. Apalagi banyak sekali majalah-majalah porno yang dijual bebas sehingga banyak anak di bawah umur yang sudah mulai rusak moralnya. Terbukti dengan banyaknya pemberitaan di Televisi tentang pemerkosaan yang dilakukan oleh anak-anak remaja.
Para pendidik juga harus bersikap adil kepada peserta didik karena pendidik juga menjadi faktor dalam perkembangan moralitas peserta didik meskipun bukan menjadi faktor yang utama. Para pendidik atau pengajar harus memberikan contoh yang baik kepada peserta didik.
(Bimo, 2009) mengatakan moralitas seseorang tidak dapat diukur dengan tinggi tidaknya pendidikan orang tersebut melainkan diukur dari tinggi rendahnya nilai religious seseorang. Karena, apabila nilai religious seseorang sudah baik, maka akan berdampak pada perbuatanya yang baik pula.

2.3 Cara Meningkatkan Mutu dan Moralitas Pendidikan di Indonesia
Untuk meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia perlu upaya yang benar-benar serius. Banyaknya pihak yang membisniskan pendidikan harus sadar dengan apa yang telah mereka lakukan. Orang-orang yang mempunyai finansial lebih hendaknya lebih perduli terhadap dunia pendidikan dengan menyumbangkan sebagian dari harta mereka untuk dunia pendidikan. Selain itu pemerintah bisa mengembangkan cara pembelajaran yang baru di sekolah-sekolah. Menurut Tony Setyo Hartono, mutu pendidikan yang baik tidak selalu dengan harga yang mahal. Salah satunya dengan menggunakan IT (Information Technology) yang sebenarnya sudah ada sejak dulu (Tony, 2008).
Tony juga mengatakan bahwa urusan pendidikan menggunakan media IT sebenarnya sudah dilakukan di perusahaan-perusahaan maju. Contohnya waktu dia bekerja di IBM tahun 1990-1995. Hal yang pertama kali harus dia lakukan adalah mengambil training-training melalui materi-materi rekaman Laser Disk. Laser Disk ini berisi rekaman-rekaman video dari para pakar di IBM. Setelah mengambil training-training tersebut, Tony dipersilahkan mengambil ujian bersertifikat melalui sistem yang serba online. “Cara training dan ujian seperti itu sangat efektif jika materinya dikemas dengan baik dan menarik” (Tony, 2008). Beberapa tips untuk membuat materi training yang baik menurut Tony adalah:
1.Mengumpulkan semua guru terbaik yang ada di Indonesia
2.Masing-masing guru mengajarkan materi pelajaran sesuai bidangnya dan semuanya direkam
3.Kualitas rekaman dapat ditingkatkan dengan adanya insentif yang sangat menarik sehingga setiap guru akan berlomba-lomba membuat materi terbaik
4.Materi pengajaran diperbanyak dan dibagi ke semua sekolah yang ada di Indonesia
5.Semua materi pengajaran tersebut bisa diletakkan di Internet sehingga para siswa dapat melihatnya dengan menggunakan browser saja
6.Membuat suatu sistem untuk melakukan ujian secara online dan resmi


Beberapa hal yang harus disiapkan oleh lembaga pendidikan (Tony, 2008) adalah:
1.Menyiapkan bandwidth yang cukup untuk keperluan menyambungkan seluruh sekolah-sekolah yang ada
2.Bekerja sama dengan pembuat PC/laptop, sehingga akan tersedia PC murah untuk dipakai di sekolah-sekolah terutama untuk sekolah-sekolah yang belum maju
3.Bekerja sama dengan para penerbit buku untuk membuat versi online dari masing-masing buku
Selain itu Tony juga menambahkan bahwa “semua hal ini sebenarnya sudah mungkin diterapkan di Indonesia. Dan dengan kontribusi dari ISP dan Operator Telekomunikasi serta vendor-vendor IT, saya sangat yakin bahwa semua kendala teknis dan biaya bisa diatasi” (Tony, 2008).
Sedangkan untuk membuat dunia pendidikan di Indonesia menjadi bermoral, perlu ditekankan pada setiap sekolah agar materi pelajaran agama dan kesopanan bukan hanya menjadi materi pelajaran yang selesai ujian langsung dilupakan, akan tetapi harus di praktekan. Guru dan orang tua harus menjadi contoh yang baik untuk membangun moralitas generasi penerus bangsa.
Apabila mutu dan moralitas pendidikan di Indonesia sudah baik, maka generasi penerus bangsa akan menjadi generasi yang bisa memajukan bangsa dan mengangkat martabat bangsa menjadi lebih tinggi.

BAB III
PENUTUP
1.1Kesimpulan
1.Mutu pendidikan di Indonesia saat ini masih jauh dari kata baik.
2.Moralitas pendidikan di Indonesia saat ini sangat memprihatinkan.
3.Pemerintah harus benar-benar mengupayakan perbaikan mutu dan moralitas pendidikan di Indonesia dengan serius.
4.Semua masyarakat harus bekerjasama untuk mendukung dan mengawasi program pemerintah untuk memajukan mutu dan moralitas pendidikan di Indonesia.

1.2Saran
Kita sebagai generasi penerus bangsa harus lebih peka dan peduli terhadap dunia pendidikan di Indonesia karena kemajuan suatu bangsa terletak pada generasi muda. Pendidikan dan moral yang baik akan menjadikan generasi muda menjadi semakin lebih baik di kemudian hari.

DAFTAR RUJUKAN

Bimo. 2009. Pendidikan Membuat Anda Pintar Tapi Belum Tentu Bermoral.
(http://cisituboi.multiply.com, diakses 20 Oktober 2009)

Huzamah. 2006. Artikel Pendidikan: Pendidikan Bermoral dan Tayangan Bermoral.
(http://re-searchengines.com, diakses 21 Oktober 2009)

Mukminin. 2003. Artikel Pendidikan: Pendidikan yang Bermoral.
(http://re-searchengines.com/amukminin, diakses 20 Oktober 2009)

Seno, Tony. 2008. Meningkatkan Mutu Pendidikan di Indonesia.
(http://tonyseno.blogspot.com, diakses 25 Oktober 2009)

Ui, Saman. 2009. Mutu Pendidikan di Indonesia Masih Rendah.
(http://samanui.wordpress.com, diakses 25 Oktober 2009)